LENSA PURWAKARTA - Belum lama ini, politisi asal Sunda dan Sumbawa bertemu di satu meja. Siapa kalau bukan Kang Dedi Mulyadi dan Fahri Hamzah.
Apa sih isi dari obrolan kedua politisi ini saat bertemu? Tentu, bukan hanya bercerita mengenai perjalanan hidup masing-masing, tapi ada bahasan lain yang cukup menarik. Salah satunya, mengenai sistem pemilu tertutup.
Adapun obrolan keduanya dimulai dari pertanyaan Kang Dedi Mulyadi terkait sosok Fahri Hamzah yang sejak dulu hingga sekarang konsisten memiliki daya kritis yang tinggi. Padahal saat ini banyak orang justru menurun daya kritisnya.
Baca Juga: DPC PDI Perjuangan Subang Menanam 1.000 Pohon dan Bersih-Bersih Sungai
Fahri Hamzah pun menjawab, hal tersebut lantaran ia berasal dari kampung sehingga apa yang ia lihat dan rasakan akan diungkap secara benar tanpa ada pengaruh dari mana-mana.
"Saya cuma terbiasa itu saja, apa yang saya lihat dan pikirkan itulah yang saya anggap benar itulah yang saya katakan," kata Fahri Hamzah menjawab pertanyaan Kang Dedi Mulyadi.
Sebagai politisi, Fahri Hamzah juga banyak mendengar dan merasakan temannya mengeluh padanya yang kritis. Namun ia berkeyakinan bahwa urusan publik dan objektif tidak bisa diselesaikan dengan pertemanan.
Baca Juga: Mie Ayam Komeng Pantura Subang Jualan Sejak 1989 Sehari Ludes 300 Porsi
Kang Dedi Mulyadi pun memuji sosok Fahri yang merupakan orang desa namun bisa berkiprah di nasional. Salah satu pelajaran yang dapat diambil dari Fahri Hamzah adalah sosoknya yang gemar membaca, aktif di organisasi dan memiliki keberanian.
"Dan saya katakan, yang punya keberanian saat ini adalah orang desa. Karena orang desa itu begitu masuk kota gak tau siapa premannya," kelakar Kang Dedi yang disambut tawa Fahri Hamzah.
Di obrolan tersebut Kang Dedi juga berdiskusi pendapat Fahri Hamzah mengenai isu sistem pemilu tertutup. Bagi Fahri hal tersebut sebuah pemikiran keliru yang seharusnya demokrasi di Indonesia tetap pada sistem pemilihan terbuka.
Baca Juga: Purwakarta Mulai Tak Aman, Seorang Pemuda DiKeroyok Geng Motor Hingga Meregang Nyawa
Menurutnya sistem tertutup hanya akan memunculkan penguasa yang berada di ruang tertutup bernama partai politik. Padahal secara prinsip demokrasi diserahkan kepada rakyat.
"Dalam feodalisme organisasi seperti parpol dan negara yang penting, tapi dalam demokrasi justru manusianya yang penting. Oleh sebab itu keberadaan struktur tidak boleh membelenggu kebebasan orang sebab kekuatan kita itu bersumber dari kreativitas seseorang bukan keserempakan barisan saja," ujar Fahri Hamzah.
Artikel Terkait
Tak Perlu Ke Luar Negeri, Ini Enam Tempat Wisata di Indonesia yang Bisa Jadi Referensi Saat Tahun Baru Imlek
Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan Masih Tinggi, Sri Mulyani: APBN Harus Hadir Beri Perhatian Khusus
Hanya di Purwakarta Petani Penerima Bantuan Traktor Kementerian Pertanian Diajak Balap Membajak Sawah
Hotman Paris Kabarkan Ferry Irawan Telah Jadi Tersangka Kasus KDRT Terhadap Venna Melinda Bruglia
Just Info: Lowongan Kerja BUMN Terbaru, PT Perkebunan Nusantara IX Cari Lulusan S1, Buruan Daftar!