LENSA PURWAKARTA - Anggota DPR RI, Kang Dedi Mulyadi (KDM) telah memantapkan hati berlabuh ke Partai Gerindra. Kepindahannya, itu membawa konsekuensi dan juga tantangan berat yang menentukan arah masa depan politik kedepannya.
Hal itu, diungkapkan peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Toto Izul Fatah. Toto turut mengomentari kepindahan KDM. Menurutnya, pilihan politik KDM adalah wajar dan logis.
"Meski mengejutkan bagi para petinggi Golkar," ujar Toto.
Terlepas dari itu ada tantangan sekaligus tuntutan yang menjadi PR besar untuk KDM setelah bergabung dengan Gerindra. Sebab, jika tidak cerdas memanfaatnya, apa yang mungkin dianggap berkah dari kepindahannya itu, bisa menjadi musibah untuk masa depan politik KDM.
Toto menjelaskan, agar berkah tidak menjadi musibah, setidaknya ada tiga PR besar Kang Dedi Mulyadi yang harus dilakukan dalam waktu dekat ini. Tentu saja lewat aneka program yang disebutnya Three in One.
Pertama, kemampuan membranding diri agar secara elektabilitas, minimal bisa memepet Ridwan Kamil yang hari ini di seluruh lembaga survei masih memimpin cukup jauh sebagai calon Gubernur Jabar.
Kedua, tuntutan kemampuan Kang Dedi untuk membranding Gerindra agar keberadaannya memberi nilai plus. Minimal, mempertahankan kursi yang ada.
"Bersyukur bisa menambah kursi," ujar Toto.
Baca Juga: Mulyati Warga Purwakarta 13 Tahun Hilang Kontak Kini Kembali Dengan Kondisi Memprihatinkan
Terakhir beban berat KDM untuk memenangkan ketua umumnya di Gerindra, Prabowo Subianto, sebagai Capres. Seperti diketahui, di hampir seluruh lembaga survei, posisi elektabilitas Prabowo di Jabar masih bersaing ketat dengan Anies Baswedan.
"Buat saya, kepindahan Kang Dedi dari Golkar ke Gerindra akan menjadi taruhan hidup mati karirnya, berbeda dengan saat dia masih di Golkar," ujar Toto.
Begitu pilihan beralih ke Gerindra, persoalannya bukan sekedar ganti baju yang juga umum dilakukan politisi lain. Tapi dalam konteks Kang Dedi, ada reputasi politik yang akan ikut menentukan cerah dan buramnya dia ke depan.
Untuk itu, kata Toto, beban KDM bisa jauh lebih besar dan berat dari Ketua DPD Gerindra Jawa Barat, Taufik Hidayat. Sebab, jika kepindahan itu tak memberi nilai plus buat partai maupun pencapresan Prabowo, apalagi buat elektabilitas diri Kang Dedi sendiri, maka pada saatnya nanti dia hanya akan jadi bahan nyinyiran dan sinisme publik.
Tugas berat Dedi lainnya, sambung Toto, adalah mengonversi suara dan dukungan pemilih dia dari yang awalnya Golkar menjadi Gerindra. Dan dari pemilih tersebut dikonversi juga menjadi pemilih Prabowo pada Pilpres nanti.
Termasuk, mengonversi elektabilitas dirinya yang di survei sekitar 24 persen sebagai cagub Jabar menjadi pemilih Gerindra dan Prabowo. ***
Artikel Terkait
Proyek Kebun Sayur yang Sebabkan Banjir Lumpur di Subang Ternyata Ilegal, Kang Dedi Mulyadi: Police Line!
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi Unggah Foto Bersama Prabowo Subianto, Terjawab Sudah!
Pasca Ditinggal Kang Dedi Mulyadi, Benarkah Golkar Purwakarta Berpotensi Runtuh?
Prabowo Subianto dan Kang Dedi Mulyadi Sepakat Bangun Kekuatan Desa Sebagai Pertahanan Negara
Ini Alasan Kang Dedi Mulyadi Dukung Prabowo Subianto Jadi Presiden 2024