• Kamis, 21 September 2023

EWINDO Perkuat Benih Unggul Sayuran Hadapi Cuaca Ekstrim

- Senin, 15 Mei 2023 | 12:55 WIB
Para pemulia PT EWINDO sedang memeriksa sayuran (Dok Humas EWINDO)
Para pemulia PT EWINDO sedang memeriksa sayuran (Dok Humas EWINDO)
 
LENSA PURWAKARTA - PT East West Seed Indonesia (EWINDO), saat ini terus berupaya memerkuat benih unggul sayuran yang diproduksinya. Pasaknya, saat ini cuaca sedang tak menentu bahkan cenderung ekstrim. Sehingga, keungguan dan kualitas benih harus ditingkatkan lagi.
 
Managing Director EWINDO, Glenn Pardede, mengatakan, untuk menghadapi kondisi cuaca ekstrim yang berpotensi menimbulkan wabah penyakit, maka diperlukan benih yang benar-benar berkualitas. EWINDO ingin memberikan benih unggul tersebut untuk petani di Indonesia.
 
"Dampak dari cuaca buruk ini membuat produksi petani sayur di sejumlah wilayah mengalami penurunan," ujar Glenn, Senin 15 Mei 2023. 
 
 
Menurut Glenn, dengan kondisi cuaca seperti ini yang berimbas pada penurunan produksi petani, tentu menjadi keprihatinan tersendiri bagi EWINDO. Mengingat, EWINDO merupakan produsen benih sayur dan buah
 
Adapun, jenis virus yang menyerang tanaman semakin banyak akibat cuaca ekstrim ini. Sehingga menjadi tantangan bagi pemulia tanaman di EWINDO untuk mengembangkan benih unggul. Supaya, produksi petani sayur tidak mengalami gangguan.
 
Persoalan cuaca ekstrim ini juga diperparah dengan penggunaan pupuk dan pestisida yang tidak bijak di kalangan petani. Sehingga produksi bukannya meningkat tetapi tanah menjadi rusak.
 
Padahal, jelas Gleen, dalam bertani seharusnya mempertimbangkan kelangsungan produksi secara berkesinambungan (sustainable).
 
"Tantangan yang dihadapi petani di negara tropis memang lebih tinggi dibandingkan dengan petani di negara-negara Eropa. Siklus iklim dingin di Eropa bisa mematikan virus," ucap Glenn.
 
Salah satu upaya untuk memperkuat produksi benih unggul, kata Glenn, Ewindo berkomitmen untuk terus mengedepankan riset dan pengembangan benih sayuran tropis melalui pusat pemuliaan di Purwakarta. 
 
 
Sebagai contoh, pada tahun ini Ewindo yang merupakan produsen benih sayuran hibrida terbesar di Indonesia berinvestasi hingga sebesar Rp 60 miliar untuk membangun pusat riset dan pengembangan (riset and development) baru.
 
Targetnya, produksi benih Ewindo harus tahan terhadap penyakit dan punya potensi produksi yang tinggi. Sebagai contoh produksi bisa ditingkatkan dari semula dua kilogram sekali panen menjadi empat kilogram.
 
Glenn berharap program pengembangan benih sayuran ini hendaknya juga dibarengi dengan penyerapan pasar untuk membantu petani.
 
Persoalannya, konsumsi sayuran di Indonesia masih rendah baru 40 kilogram per kapita per tahun atau masih separuh di bawah rekomendasi Organisasi Badan Pangan dan Pertanian (FAO) yakni 80 kilogram per kapita per tahun.
 
Sementara itu, Guru Besar IPB University Bungaran Saragih mengatakan seharusnya seperti komoditi lain, harga sayur terbentuk berdasarkan permintaan dan pasokan di pasar. Namun kenyataannya, masyarakat biasanya membeli sayur bukan karena ada keinginan untuk membeli jenis tertentu.
 
"Tetapi, setelah sampai di pasar mereka melihat yang jenisnya lebih baik barulah memutuskan untuk membeli jenis itu," ujarnya.
 
Padahal jenisnya banyak ada tomat, bayam, caisim, pakcoi, sawi, paria, kacang panjang, timun. Tapi karena yang dilihatnya tomat paling bagus maka yang dibeli tomat.
 
Ditambah banyak dari petani sayur yang belum teredukasi dengan baik untuk membaca pasar berdasarkan permintaan. Masih banyak petani sayur yang fokus pada produk tertentu padahal kondisi di pasar sudah jenuh (pemainnya sudah banyak).
 
 
Glenn mengatakan untuk memberikan edukasi kepada petani, Ewindo sebelumnya telah meluncurkan aplikasi Sipindo yang di dalamnya juga mencantumkan informasi harga sayur di pasar.
 
"Tujuannya agar petani bisa lebih bervariasi dalam memproduksi sayur," ucap Glenn.
 
Glenn juga menambahkan Ewindo saat ini telah membangun sejumlah Learning Farm dan juga berencana untuk terus menambahnya di berbagai daerah untuk memberikan edukasi kepada petani cara bercocok tanah yang benar agar hasilnya bisa optimal.
 
Dengan Learning Farm yang saat ini sudah didirikan di delapan lokasi, harapannya petani bisa melihat langsung teknik budidaya yang dikembangkan Ewindo. Sehingga akhirnya termotivasi untuk memperoduksi hal yang sama. ***

Editor: Ita Nina Winarsih

Tags

Artikel Terkait

Terkini

KDM Tidak Siap Jadi Calon Gubernur, Tapi...

Senin, 11 September 2023 | 17:52 WIB
X