LENSA PURWAKARTA - Perum Jasa Tirta II Jatiluhur masih bungkam menyikapi keluhan Nurhalimah (34) warga Kampung Conggeang, Desa Cilangkap, Kecamatan Babakan Cikao, Kabupaten Purwakarta, terkait adanya pipa saluran air baku di lahan miliknya. Padahal, keluarga Nurhalimah menunggu kejelasan dari salah satu perusahaan BUMN tersebut.
Beberapa kali, tim Lensapurwakarta.com mencoba menghubungi Staff Humas PJT II Jatiluhur, Susilo Sumo Atmodjo. Namun, saat dikonfirmasi berulang kali soal keluhan warga ini jawaban dari yang bersangkutan masih tetap sama. Ya, dia hanya mengatakan akan segera berkordinasi dengan jajaran direksi.
"Kami masih upayakan kordinasi dengan orang wilayah. Nanti hasilnya kami sampaikan," ujar Susilo, belum lama ini.
Baca Juga: Katalis Merah Putih Proyek Strategis Nasional yang Mendapat Apresiasi dari Presiden Jokowi
Sementara itu, selain ke pihak PJT II Jatiluhur awak media pun mencoba meminta tanggapan kepada Camat Babakan Cikao serta Pemerintah Desa Cilangkap mengenai persoalan yang saat ini dirasakan Nurhalimah tersebut. Namun, seolah ada yang ditutupi, baik camat maupun kepala desa setempat lebih memilih bungkam.
"Silahkan tanya ke Kades Cilangkap," ujar Rustaman Arifin, Camat Babakan Cikao, Kabupaten Purwakarta saat dikonfirmasi.
Dibagian lain, Kades Cilangkap, Juliana pun belum bisa dimintai tanggapan mengenai persoalan yang menimpa warganya ini. Bahkan, pesan singkat yang dilayangkan awak media tak direspon oleh yang bersangkutan. Hal ini mengindikasikan, jika pemerintahan setempat tutup mata mengenai persoalan yang dialami Nurhalimah ini.
Sebelumnya, keluarga Nurhalimah sampai saat ini masih menunggu kejelaskan dari Jasa Tirta II Jatiluhur. Pasalnya, akibat dari adanya pipa air bertekanan tinggi di lahannya itu pihaknya tak bisa membangun rumah. Dengan kata lain, Nurhalimah merasa dirugikan dengan aktivitas bisnis perusahaan Jasa Tirta II Jatiluhur ini.
"Kami berharap, pihak PJT II Jatiluhur bisa menjelaskan terkait keberadaan pipa air yang ada di lahan milik kami ini," ujar Nurhalimah saat ditemui Lensapurwakarta.com, belum lama ini.
Dengan kata lain, lanjut dia, pihaknya butuh kejelasan kalau memang lahan miliknya akan digunakan untuk jalur pipa tersebut.
"Kalau memang mau disewa, ya harus jelas. Tapi kan sampai saat ini gak ada kejelasan. Lagian, saya juga baru tahu ada pipa air di tanah saya itu baru-baru ini. Selama ini mah gak tahu," seloroh dia.
Nurhalimah mengaku, sampai saat ini masih merasa heran kenapa sampai ada pipa berukuran cukup besar di lahan miliknya itu. Imbasnya, lahan seluas 452 meter persegi milik ini menjadi tanah mati yang tidak bisa digunakan untuk apapun.
"Kalau lahan pasif seperti ini, dijual pun pasti tidak akan laku. Dulu juga sempat ada yang mau menyewa lahan ini. Tapi karena ada pipa bertekanan tinggi di bawahnya, jadi mereka pada gak mau karena takut meledak," seloroh dia.
Sepengetahuan dirinya, pipa tersebut selama ini digunaka untuk menyuplai air baku dari Waduk Jatiluhur menuju salah satu perusahaan di wilayah Kabupaten Karawang.
"Pipa airnya sebesar perut kerbau. Kebayang kalau meledak, itu tekannya seperti apa," kata dia.
Nurhalimah mengaku, lahan tersebut merupakan warisan dari mendiang kakeknya. Pihaknya pun tak habis pikir, kenapa sampai ada saluran air betekanan tinggi di lahan miliknya itu. Dia pun tak tahu persis awal mulanya sampai ada pipa air yang membentang di lahannya ini. Yang jelas, dirinya merasa dirugikan karena tanahnya menjadi lahan mati.
"Intinya, kami perlu kejelasan dari perusahaan yang punya pipa ini," pungkasnya. ***
Artikel Terkait
Bupati Purwakarta akan Layangkan Surat Keberatan ke PJT II Jatiluhur Soal Tarif Baru BJSPDA
Sudah 1.722 Petak KJA yang Dibongkar, Bukti PJT II Dukung Penuh Upaya Sterilisasi Waduk Jatiluhur
PJT II Isi Perayaan Kemerdekaan RI Dengan Menggalakan Penghijauan di Kawasan Greenbelt Waduk Jatiluhur
Pipa Air Bertekanan Tinggi Milik PJT II Jatiluhur Mengganggu Warga Imbasnya Batal Bangun Rumah
Nurhalimah Butuh Kejelasan dari PJT II Jatiluhur Soal Pipa Air Bertekanan Tinggi di Lahannya