• Kamis, 21 September 2023

Hisab dan Rukyat, Ketunggalan Terpisah Istilah dan Tata Cara

- Senin, 20 Maret 2023 | 18:18 WIB
Ilustrasi Rukyat Hilal (dok/Kemenag)
Ilustrasi Rukyat Hilal (dok/Kemenag)

Setiap kali menjelang bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri umat Islam cenderung memiliki pandangan yang terbelah. Sebagian menetapkan awal bulan dengan menggunakan metode hisab. Sementara sebagian lagi menetapkan awal bulan dengan menggunakan metode Rukyat Hilal.

Masing-masing dari mereka menganggap bahwa pandangan yang dipegang merupakan pandangan sahih. Bergerak ke sektor pedalaman, jika ada umat yang berbeda dalam hal penetapan awal Ramadhan dan Idul Fitri, pasti mengalami suasana kebatinan yang rigid.

Padahal secara makna, tidaklah memiliki perbedaan. Oleh karena, umat yang mengambil metode Hisab maupun Rukyat, sama-sama sedang mengamalkan Hadist Rasulullah. Yakni, Shumuu li ru’yatihii wafthuruu li ru’yatihi (Hadist). Arti dari Hadist tersebut kurang lebih, berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berhari rayalah kalian karena melihat hilal.

Baca Juga: Dawamkan Doa Harian Ini Jika Ingin Mendapat Rezeki Melimpah dan Berkah

Konteks 'melihat' secara makna memiliki banyak cara. Ada orang melihat dengan menggunakan mata telanjang. Ada orang melihat dengan menggunakan bantuan alat. Bahkan, banyak pula orang yang mampu melihat dengan menggunakan ilmu atau pengetahuan.

Hadist tersebut tidaklah menetapkan soal bagaimana cara melihat hilal. Hadist tersebut hanya memerintahkan agar umat berpuasa dan atau berhari raya karena melihat hilal. Umat yang tidak secara langsung melihat hilal dapat melihat hilal itu melalui kabar atau berita.

Pada prinsipnya, tidak ada keharusan setiap umat untuk menjadi pelaku yang melihat hilal tersebut muncul. Sehingga, hadist tersebut tidak perlu diamalkan secara tekstual bahasa. Melainkan, konteks penggunaan bahasa dalil tersebut harus memiliki pijakan kuat.

Baca Juga: Bulan Sya'ban Sejarah Turunnya Ayat Perintah Shalawat Nabi SAW

Karena itu, teman-teman kita dari Muhammadiyah selalu menggunakan metode Hisab. Mereka sebenarnya melihat hilal. Namun melihat melalui ilmu atau pengetahuan.

Sementara, teman-teman kita dari Nadhatul Ulama selalu menggunakan metode Rukyat. Mereka pun melihat hilal dengan menggunakan mata telanjang maupun alat. Sementara alat, merupakan produk ilmu atau pengetahuan.

Pun begitu, teman-teman kita yang tidak mengikuti hasil dari Hisab dan Rukyat yang dilakukan oleh kedua organisasi tersebut. Mereka melihat hilal dengan ilmu dan pengetahuan masing-masing. Demikian pula, warga Islam non partisan, mereka melihat hilal melalui informasi yang didapat melalui berbagai kanal.

Baca Juga: Hikmah Isra Mi'raj Sucikan Jiwa Raga untuk Mencapai Islam yang Paripurna

Dengan begitu, semua orang memiliki kesempatan untuk mengamalkan hadist nabi tersebut. Oleh karena, semua orang melihat hilal. Tentu saja melalui kemampuan dan kualitas masing-masing penglihatan.

Lebih jauh, tidak perlu lagi ada perdebatan yang terjadi di tengah umat akibat perbedaan penetapan awal Ramadhan dan Idul Fitri. Kita harus arif menyikapi istilah dan tata cara belajar agama yang berkembang di tengah masyarakat.

Halaman:

Editor: Asep Mulyana

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X