LENSA PURWAKARTA - Buntut kasus meninggalnya ibu hamil Kurnaesih (39) warga Kampung Citombe, Desa Buniara, Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang, yang ditolak RSUD Ciereng jadi melebar kemana-mana.
Kritikan dan hujatan dilayangkan ke RSUD Ciereng, Dinas Kesehatan termasuk Pemkab Subang. Pasalnya, kasus tersebut menjadi viral di media sosial. Bahkan, kasus ini menjadi perhatian khusus dari Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Otokritik kembali dilayangkan oleh anggota DPR RI Dedi Mulyadi. Pasalnya, mantan Bupati Purwakarta dua periode tersebut, saat ini sudah menjadi warga Kabupaten Subang.
Baca Juga: Kapolres Purwakarta Kagum akan Sosok Abah Budiman Polisi yang Bangun Ponpes untuk Anak Yatim Piatu
Menurut Kang Dedi Mulyadi begitu sapaan akrabnya, manajemen RSUD Subang ini perlu segera dibenahi. Terutama, peningkatan pelayanan dan kualitasnya.
"Selain itu, tim medis yang merujuk semestinya sebelum membawa pasien harus dipastikan terlebih dahulu apakah ada ruangan atau pelayanan yang tersedia atau tidak di RS yang dituju. Jangan sampai setelah perjalanan jauh ternyata nihil ruangan," ujarnya.
Dedi Mulyadi menyebutkan, saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta, kasus seperti ini pernah terjadi. Akan tetapi, pihaknya saat itu langsung menggulirkan kebijaka dengan menggandeng 11 rumah sakit yang bekerja sama dengan pemerintah daerah.
Ada 11 RS yang kerja sama dengan Pemkab Purwakarta. Pasien, cukup pakai KTP itu orang sudah bisa memastikan tinggal datang ke rumah sakit mana yang kosong.
"Kedepan otokritik manajemen pelayanan kesehatan pastikan pasien ke rumah sakit memiliki layanan memadai. Sehingga kalau penuh bisa segera menuju rumah sakit lain," ujarnya.
Menurut Kang Dedi, tujuan dibangunnya rumah sakit bukan sekadar untuk melayani masyarakat yang berduit. Tapi di sisi lain ada sisi kemanusiaan bahwa setiap masyarakat bisa dilayani dengan baik.
Problem lain yang ada saat ini adalah terkait rumah sakit rujukan. Sebab saat ini rumah sakit rujukan yang sangat memadai di Jawa Barat hanya RSHS yang berada di Kota Bandung.
Kalau warga Jabar sekitar Jabodetabek masih bisa dekat ke Jakarta. Tapi bayangkan warga Banjar, Garut selatan, Sukabumi selatan, Cirebon yang jaraknya jauh plus lamanya antrean masuk ke RSHS misalkan mau operasi karena pasiennya membludak bisa berbulan-bulan baru dioperasi.
Solusinya, kata Kang Dedi, adalah dengan memanfaatkan anggaran keuangan daerah provinsi untuk membangun rumah sakit rujukan di setiap daerah. Minimal lima kabupaten/kota, ada satu rumah sakit rujukan sehingga tidak terjadi penumpukan seperti yang saat ini terjadi di RSHS.
"Sehingga tidak terjadi penumpukan di satu rumah sakit yang tersentral yang berdampak pada banyak pasien mengalami perlambatan pelayanan atau pasien yang meninggal di perjalanan," ujarnya.
Catatan penting bagi semua pihak, bahwa diarahkan pembangunan ini pada hal yang konstruktif yang dirasakan langsung oleh masyarakat yang sifatnya pelayanan. Utamanya melayani orang-orang miskin.
Tak hanya itu, Kang Dedi Mulyadi mengunjungi rumah keluarga Juju Junaedi (45) yang istrinya, Kurnaesih (39), meninggal di perjalanan pada pertengahan Februari 2023 lalu.
Peristiwa itu heboh disebutkan terjadi karena Kurnaesih ditolak saat akan melahirkan di RSUD Ciereng Subang.
Kemarin, Kang Dedi berkunjung ke rumah almarhumah di Kampung Citombe, Desa Buniara, Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang. Di sana ia bertemu dengan Juju.
Juju menjelaskan, kejadian tersebut terjadi pada 16 Februari 2023. Saat itu istrinya akan melahirkan anak ketiga dibantu oleh bidang desa. Namun karena kondisinya drop sang istri dibawa ke Puskesmas. Selanjutnya dibawa kembali ke RSUD Ciereng Subang.
"Perjalanan dari sini sekitar 1,5 jam ke RSUD Ciereng," ujar Juju.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai penjaga kolam ikan itu tak mendengar jelas apa obrolan antara bidan dan pihak rumah sakit lantaran dalam kondisi panik. Namun yang masih ia ingat disebutkan bahwa pihak rumah sakit mengatakan bahwa pasien dari Tanjungsiang belum ada konfirmasi dari puskesmas.
Akhirnya bidan membantu dengan menelepon sejumlah rumah sakit terdekat dan hasilnya tidak ada ruangan ICU yang kosong. Kemudian inisiatif dibawa ke RSHS Bandung lewat Jalancagak. Di perjalanan sudah masuk Bandung di Jalan Cipaganti meninggal.
Ia tak tahu mengapa kejadian tersebut baru viral saat ini. Sebab sejak kejadian pertengahan Februari lalu, ia sudah mengikhlaskan istri dan bayi dalam kandungannya.
"Saya setelah kejadian gak lapor ke mana-mana. Saya mah gak mau ribet. Mungkin orang tahu dari mulut ke mulut. Saya tidak ada pikiran untuk menuntut atau apa. Saya hanya ingin istri saya ini kejadian yang terakhir, jangan sampai menimpa orang lain," jelas Juju. ***
Artikel Terkait
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi Sambangi Tasikmalaya Disambut Isak Tangis dan Pelukan Warga
Kang Dedi Mulyadi Kembangkan Varietas Padi Organik yang Bisa Hasilkan 800 Bulir Dalam Satu Tangkai
Dedi Mulyadi Ajak Petani di Subang Beralih ke Pertanian Organik dengan Memanfaatkan Kencing dan Kotoran Ternak
Warga Kecamatan Jatiluhur Purwakarta Punya Jalan Beton Bagus Itu Hasil Reses Anggota DPR RI Dedi Mulyadi Lho!
Pencari Kayu Bakar Jago Bahasa Arab-Inggris Asal KBB Membuat Kagum Anggota DPR RI Dedi Mulyadi
Menkes Budi Sadikin akan Panggil Pihak RSUD Ciereng dan Dinkes Subang Buntut Kasus Meninggalnya Ibu Serta Bayi