Dedi Mulyadi Ajak Petani di Subang Beralih ke Pertanian Organik dengan Memanfaatkan Kencing dan Kotoran Ternak

- Rabu, 1 Maret 2023 | 15:22 WIB
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi saat mengkampanyekan pertanian organik kepada petani di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang (Instagram @dedimulyadi71)
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi saat mengkampanyekan pertanian organik kepada petani di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang (Instagram @dedimulyadi71)
 
LENSA PURWAKARTA - Anggota DPR RI Dedi Mulyadi, mulai fokus pada pertanian organik. Saat ini, Bupati Purwakarta dua periode ini konsisten mengkampanyekan dan mengajak petani untuk beralih ke pertanian organik.
 
Salah satunya, petani yang ada di Lembur Pakuan, Desa Sukasari, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang. Saat ini, hampir seluruh petani di wilayah ini telah beralih ke pertanian organik.
 
Ahmad, petani asal Lembur Pakuan, mengatakan, dirinya telah berhasil mengaplikasikan percontohan pertanian organik yang digagas oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi. 
 
"Saya, memiliki 225 bata sawah garapan yang telah beralih ke organik. Untuk pupuknya menggunakan kotoran sapi yang diencerkan dan difermentasi menggunakan EM4. Pupuk tersebut disebar ke sawah sebelum atau sesudah dibajak," ujar Ahmad.
 
 
Selanjutnya, tandur dan perawatan sawahnya normal seperti pola tanam pada umumnya. Sedakan, persemaian padinya menggunakan pupuk organik dari kotoran ayam. Kemudian setelah 14 hari pakai pupuk organik kotoran sapi.
 
Berselang waktu sawah dibersihkan dari gulma agar pertumbuhan padi bisa maksimal. Sebulan kemudian diberi pupuk organik yang terbuat dari campuran kotoran ayam, gula dan air kemudian difermentasikan.
 
"Itu dari 800 mili hanya digunakan 30 mili jadi sangat irit," ujar Ahmad.
 
Sementara untuk hama, Ahmad menggunakan campuran belerang, soda api, garam dan tiga liter air. Campuran bahan tersebut kemudian disemprot untuk membasmi hama tekuk leher.
 
Berbeda dengan yang lain, pertanian organik di Lembur Pakuan justru memanfaatkan hama keong emas dibandingkan dengan membasminya. Keong emas dikumpulkan dalam tong dan dibiarkan membusuk untuk diambil airnya.
 
"Airnya ditambah gula dan Yakult (minuman probiotik). Kan ini padi sehat, Yakult itu katanya sebagai vitamin. Setelah itu disemprot cukup sekali dan hasilnya sudah bagus seperi sekarang," ujar Ahmad.
 
Melihat perubahan mindset petani di Lembur Pakuan, membuat Kang Dedi Mulyadi semakin bersemangat mengajak petani beralih ke pertanian organik.
 
 
"Saya ingin petani kita makmur. Jangan seperti saat ini, petani kerap dipusingkan dengan kondisi pupuk langka, obat-obatan mahal dan harga gabah yang dipatok murah malah akan memiskinkan petani," ujarnya.
 
Kalau mau mengubah petani menjadi makmur, petani sehat, padi sehat, sawah sehat, sehat dari kapitalisasi itu caranya berubah ke pertanian organik. Jadi tidak butuh lagi pestisida, urea, KCL, semua pabrikan, tapi semua diubah mandiri. Nanti setiap petani didorong untuk memiliki ternak.
 
Menurut Kang Dedi paradigma yang juga perlu diubah adalah pemahaman petani mengenai hewan ternak. Sebab selama ini petani hanya mengutamakan daging ternak, sedangkan yang paling utama adalah kotorannya.
 
Padahal, kalau daging hanya sekali ternak dijual saat waktu tertentu. Sedangkan kotoran dan air kencing ternak bisa terus digunakan untuk kebutuhan pertanian.
 
Dalam membangun pertanian organik di Lembur Pakuan, Kang Dedi dibantu oleh seorang staf khusus bernama Aswin. Meski bukan seorang yang 'bergelar' namun Aswin mampu mengembangkan segala potensi yang ada untuk pertanian organik.
 
Salah satunya adalah pemanfaatan air kencing ternak yang difermentasikan menggunakan minuman probiotik dan gula. Hasil fermentasi tersebut kini telah digunakan ke sejumlah areal sawah di Lembur Pakuan.
 
"Air kencing manusia lebih bagus karena manusia makannya masuk apa saja. Kemudian nanti bisa difermentasikan lagi pakai gula, gula itu sebagai makanan bakteri," ujar Aswin.
 
Kang Dedi tak membayangkan jika air kencing manusia bisa dimanfaatkan untuk pertanian organik. "pertanian organik itu semua bermanfaat tidak ada yang terbuang. Kebayang nanti bisa-bisa gak akan ada WC," ujarnya.
 
Meski hanya menjabat sebagai anggota legislatif, Kang Dedi tak mau hanya memberi masukan dan pengawasan. Lebih baik turun langsung memberikan contoh kepada masyarakat untuk memulai pertanian organik. ***

Editor: Ita Nina Winarsih

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X